Rapim TNI AL, KSAL Bahas Kebutuhan Sensor Bawah Laut di 8 "Choke Points"
08 Februari 2025
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) (image: kapal dan logistik)JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali mengatakan bahwa kebutuhan pemasangan sensor bawah laut di kawasan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), menjadi salah satu pembahasan dalam rapat pimpinan (Rapim) TNI AL 2025.
Keberadaan sensor bawah laut tersebut dianggap perlu untuk memperkuat pengamanan di 8 choke points atau titik sempit jalur pelayaran di area ALKI I, II dan III.
"Kita memiliki delapan choke points penting itu semua harus dijaga (dengan) sensor bawah air untuk mendukung pengamanan di ALKI I, II maupun III. Semua kita bahas," ujar Ali kepada wartawan di Mabes TNI AL, Kamis (6/2/2025).
Dalam kesempatan itu, Ali juga menekankan bahwa TNI AL bakal bersinergi dengan kementerian/lembaga terkait yang memiliki sensor bawah laut dan pos pengawas.
"TNI AL juga bakal bersinergi dengan kementerian dan lembaga lainnya yang memiliki juga sensor maupun pos pengawas. Kita juga akan memperkuat puskodal, harapannya bisa mengawasi seluruh perairan Indonesia, termasuk dengan (delapan) choke points tersebut," kata Ali.
Contoh penerapan Underwater Sensor Networks (UWSNs) (image: MDPI)Berdasarkan catatan Kompas.com, Jalur ALKI I difungsikan untuk pelayaran dari Laut China Selatan melintasi Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, dan Selat Sunda ke Samudra Hindia, dan sebaliknya, serta untuk pelayaran dari Selat Singapura melalui Laut Natuna dan sebaliknya.
Adapun perairan indonesia yang termasuk dalam wilayah ALKI I adalah Selat Sunda, Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Jawa.
Sedangkan pada ALKI II difungsikan untuk pelayaran dari Laut Sulawesi melintasi Selat Makasar, Laut Flores, dan Selat Lombok ke Samudera Hindia, dan sebaliknya. Jalur ALKI II meliputi jalur lintas perairan Laut Sulawesi, Selat Makassar, Selat Lombok dan Laut Lombok.
Sebagai jalur perdagangan dan pelayaran internasional, ALKI II memiliki nilai strategis karena menghubungkan lalu lintas perairan dan perdagangan internasional dari Afrika ke Asia Tenggara dan Jepang serta dari Australia ke Singapura dan Tiongkok serta Jepang, begitu pula sebaliknya.
Sedangkan jalur ALKI III pada umumnya dibagi menjadi beberapa bagian. ALKI III-A difungsikan untuk pelayaran dari Samudra Pasifik melintasi Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, dan Laut Sawu.
Contoh SOSUS array mendeteksi kapal selam (image: gentleseas)ALKI III-A menghubungkan jalur perairan dan perdagangan internasional Australia bagian barat ke Filipina dan Jepang, dan sebaliknya.
Kemudian ALKI III-B difungsikan untuk jalur perairan dan perdagangan internasional yang meliputi pelayaran dari Samudra Pasifik melintasi Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, dan Selat Leti ke Samudra Hindia dan sebaliknya.
ALKI III-C difungsikan untuk pelayaran dari Samudra Pasifik melintasi Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda ke Laut Arafura dan sebaliknya.
Sedangkan jalur ALKI III-D difungsikan untuk pelayaran dari Samudra Pasifik melintasi Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, dan Laut Sawu ke Samudra Hindia dan sebaliknya.
Untuk ALKI III-E difungsikan sebagai jalur pelayaran dari Samudra Hindia melintasi Laut Sawu, Selat Ombai, Laut Banda, Laut Seram, dan Laut Maluku.
(Kompas)
from DEFENSE STUDIES https://ift.tt/ocmA4zF
via IFTTT
Post a Comment