Kesepakatan Kapal Selam Thailand Tertunda Lagi
01 Januari 2025
Kapal selam S26T China (photo: China Military)
from DEFENSE STUDIES https://bit.ly/401nrNy
via IFTTT
The Nation Thailand pada tanggal 31 Desember 2024 lalu melakukan unggahan bahwa Menteri Pertahanan Phumtham Wechayachai menunda penandatanganan proyek pengadaan kapal selam yang telah lama tertunda dengan China, sambil mengatakan bahwa rinciannya itu akan selesai dalam enam bulan ke depan.
Phumtham menekankan bahwa kesepakatan itu harus ditinjau secara menyeluruh terlebih dahulu, dengan mengatakan bahwa ia dan kepala angkatan laut Laksamana Jirapol Wongwit akan bertanggung jawab jika kesepakatan itu berdampak buruk pada Thailand.
Phumtham mengatakan ia telah membahas sanksi penjualan mesin kapal selam ke China dengan pejabat militer Jerman, seraya menambahkan bahwa para pejabat itu telah berjanji untuk menanggapi. Ia akan menindaklanjutinya dengan surat resmi kepada pejabat militer dan akan menunggu tanggapan dari Jerman.
Verifikasi mesin China tiga hingga empat bulan
Mengacu pada klaim bahwa kapal selam China dapat menimbulkan risiko bagi nyawa mengingat kapal-kapal tersebut belum diuji di air, ia mengatakan China telah menjual delapan kapal selam ke Pakistan dengan mesin yang mirip dengan yang diusulkan oleh China untuk digunakan Thailand.
Menteri Pertahanan Phumtham menekankan pentingnya memverifikasi kinerja mesin China, yang telah dipasang di delapan kapal selam yang dijual ke Pakistan.
Menteri Pertahanan juga meminta agar kapal selam ini menjalani uji coba kinerja selama tiga hingga empat bulan untuk memastikan keandalannya sebelum menandatangani kesepakatan.
“Saya telah meminta duta besar Pakistan untuk mengerahkan kapal selam tersebut dengan cepat dan mengevaluasi apakah kapal selam tersebut aman setelah menggunakannya selama tiga hingga empat bulan, jadi saya yakin apakah mesin buatan China memiliki kinerja yang sama dengan yang dibuat di Jerman,” katanya.
Tidak mungkin dibatalkan
Menteri Pertahanan Phumtham Wechayachai juga mencatat jika proyek tersebut dibatalkan, 8 miliar baht yang telah dihabiskan untuk proyek tersebut akan hilang, bersama dengan 80% pembayaran untuk kapal selam senilai 13 miliar baht dan 80% progres dalam pembangunan dermaga dan pelatihan personel.
Proyek tersebut, yang awalnya disetujui pada tahun 2017, telah menghadapi beberapa rintangan, termasuk kontroversi terkait mesin dan sanksi internasional.
Kesepakatan kapal selam, yang bernilai 13,5 miliar baht, ditandatangani berdasarkan perjanjian antarpemerintah dengan China Shipbuilding & Offshore International.
Konstruksi dilaporkan telah rampung 50% ketika tertunda karena Covid-19. Kemudian ditunda lagi ketika rencana awal untuk menggunakan mesin diesel buatan Jerman dibatalkan karena Jerman menolak memasok mesin ke Tiongkok karena mesin tersebut diklasifikasikan sebagai barang militer/pertahanan.
from DEFENSE STUDIES https://bit.ly/401nrNy
via IFTTT
Post a Comment