TNI AL Ajukan LHD untuk Anggaran Periode 2025-2029

29 Agustus 2024

Presentasi KSAL pada kegiatan silaturahmi dan halal bihalal para KSAL dari masa ke masa serta para keluarga besar TNI AL tanggal 19 April 2024 (photo: Pasmar 1)

Kanal berita militer dan pertahanan Sobat Militer beberapa waktu lalu mengunggah informasi tentang aspirasi TNI AL untuk mengoperasikan satu unit Landing Helicopter Dock (LHD) dengan spesifikasi antara lain memiliki tonase antara 22.000 sampai 25.000 ton.

TNI Angkatan Laut berharap agar program tersebut diakomodasi oleh Kementerian Pertahanan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada periode 2025-2029.

Tampak samping LHD Juan Carlos class (image: MConrads)

LHD yang masih dipasarkan saat ini beserta bobot penuhnya antar lain adalah Dokdo-class (Korea) dengan bobot penuh 19.300 ton, Mistral-class (Prancis) 21.300 ton, Juan Carlos-class (Spanyol) 26.000 ton, Type 075-class (China) 36.000 ton, Trieste-class (Italia) 38.000 ton, Ivan Rogov-class (Russia) 40.000 ton, dan America-class (USA) 45.700 ton.

Kapal LHD dengan kisaran berat 22.000 hingga 25.000 ton dan yang sesuai dengan gambar pada resentasi KSAL tanggal 19 April 2024 seperti foto diatas itu tidak lain adalah Juan Carlos class lansiran Navantia, Spanyol. 

LHD Juan Carlos I Spanyol (infographic: Wiki)

LHD Juan Carlos-class berikut derivatifnya di Australia dan Turkiye sama-sama mempunyai flight deck sepanjang 200-an m, dilengkapi sky jump ramp pada separoh dari flight deck-nya, mempunyai 2 pintu rampa samping (side ramp) untuk memuat kendaraan dan orang serta mempunyai well dock untuk operasi amfibi melalui pintu belakang.

Yang perlu dicatat disini adalah penggunaan flight deck-nya yang berbeda-beda, di negara asalnya Spanyol fungsi kapal ini adalah sebagai kapal "multi-purpose aircraft carrier-landing helicopter dock (LHD)", kapal ini mengoperasikan pesawat AV-8B Harrier (sebelum diganti F-35B), helikopter Chinook, Sea King dan NH-90. 

LHD Canberra-class Australia derivatif dari Juan Carlos-class (infographic: Wiki)

Di Australia fungsi kapal sebagai "amphibious assault ship" kapal saat ini tidak mengoperasikan pesawat terbang namun flight deck nya diisi dengan helikopter Chinook, Seahawk dan Tiger. Sedangkan Turkiye mengoperasikan kapal ini sebagai "amphibious assault ship and V/STOL aircraft carrier", kapal saat ini tidak mengoperasikan pesawat terbang namun gabungan antara helikopter dan UCAV hingga jumlah 50 unit. 

Dalam perencanaan TNI AL jumlah LHD yang ingin dimiliki sebanyak 4 unit, ini karena dalam doktrinnya TNI AL harus mampu mengatasi 2 trouble spot secara bersamaan, karena luasnya wilayah Indonesia gugus tugas untuk mengatasinya harus terpisah. Dengan kebutuhan 4 unit LHD ini artinya jumlah unit LHD Indonesia akan 2 kali lipat milik Australia, begitu juga dengan armada pengawalnya.

LHD Anadolu-class Turkiye, derivatif dari Juan Carlos-class (infographic: Wiki)

Dengan pembiayaan melalui Pinjaman Luar Negeri (PLN), kapal yang akan menggantikan kapal perang KRI Multatuli 561 sebagai Kapal markas ini membutuhkan biaya kurang lebih 1 billion USD (16,5 triliun Rupiah) dan membutuhkan waktu produksi 5 tahun sejak pemotongan baja pertama hingga komisioning.

Apabila alokasi PLN untuk periode 2025-2029 ditetapkan sama dengan periode 2020-2024 yaitu sebesar 25,4 billion USD dan porsi TNI AL sebesar 35% atau 8,89 billion USD maka besar kemungkinan alokasi pembiayaan untuk 1 LHD ini dapat disetujui. Sebagai ilustrasi pembiayaan yang besar untuk TNI AL pada periode ini adalah pembiayaan fregat FREMM,  kapal selam ocean going interim, serta pesawat survei maritim jarak jauh. Kita tunggu saja perkembangannya ke depan.


from DEFENSE STUDIES https://bit.ly/3Z20smq
via IFTTT