KSAL: Kita Harus Bisa Bertempur di Luar Wilayah RI

15 September 2024

Fincantieri ITS Guiseppe Garibaldi C-551, panjang 180m dan bobot penuh 13.930 ton, mampu membawa maks 18 pesawat tempur STOVL, kapal induk pertama AL Italia dengan panjang flight deck 174m dan akan digantikan oleh ITS Cavour tahun 2029 (photo: Seaforces)

Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Muhammad Ali menyatakan bahwa TNI AL ke depan harus berproyeksi global dan mampu beroperasi, termasuk bertempur di luar wilayah perairan Indonesia (outward-looking).

Dalam acara peringatan HUT Ke-79 TNI AL di Jakarta, Selasa, Ali menjelaskan kemampuan itu membutuhkan kapal-kapal yang mampu mengarungi samudera lepas sehingga kapal-kapal yang dibutuhkan TNI AL ke depan, utamanya kapal-kapal berukuran besar.

"Dari dulu, Angkatan Laut harus outward-looking karena kita harus bisa bertempur di luar wilayah perairan Indonesia. Sebisa mungkin, jangan sampai menyengsarakan rakyat. Kita tahan musuh itu di garis depan. Jangan sampai masuk ke wilayah kita. Itu cita-cita kita," kata Laksamana Ali menjawab pertanyaan wartawan saat jumpa pers selepas upacara HUT Ke-79 TNI AL di Dermaga Kolinlamil, Jakarta.

Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa TNI AL membutuhkan kapal-kapal yang mampu menjadi tempat pendaratan helikopter (LHD).

"Itu juga sudah kami pikirkan dan kemudian kalau perlu kapal induk,” kata Ali.

Ia menambahkan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto juga mendukung visi TNI AL itu.

Desain ITS Guiseppe Garibaldi C-551 belum mengadopsi well dock, komponen penting untuk operasi sebuan amfibi (photo: Reddit)

"Dari Bapak Prabowo juga sudah mengisyaratkan seperti itu. Mudah-mudahan ini bisa kita penuhi. Tentunya butuh anggaran yang cukup besar. Nah, ini yang kita perlu siapkan dari awal," kata Ali.

Mengenai kapal induk, KSAL mengatakan dirinya telah melihat langsung beberapa kapal induk buatan Italia dan Turki.

Dalam waktu dekat, kapal berukuran besar yang bakal memperkuat armada TNI Angkatan Laut, yaitu dua unit kapal patroli lepas pantai (OPV) yang dapat ditingkatkan kemampuannya menjadi fregat buatan Fincantieri Italia. Kapal OPV — yang disebut juga PPA — itu memiliki panjang 143 meter.

Ali, dalam sesi jumpa pers pada Februari 2024, menjelaskan kapal itu akan menjadi fregat terpanjang yang dimiliki TNI Angkatan Laut.

Dalam pembelian dua kapal PPA dari Italia itu, unit pertamanya dijadwalkan tiba di Indonesia pada Oktober 2024 dan unit kedua pada April 2025.

Sejauh ini beberapa kapal perang Republik Indonesia rutin beroperasi di luar negeri bersama pasukan perdamaian PBB, salah satunya Maritime Task Force UNIFIL di Lebanon.

Kemudian, TNI AL juga rutin menggelar operasi muhibah ke luar negeri menggunakan kapal tiang tingginya KRI Bima Suci. Kapal itu saat ini berada di China dalam pelayaran menuju Vladivostok, Rusia.

TNI AL juga rutin mengerahkan kapal-kapal perangnya berlayar mengarungi samudera untuk mengikuti latihan militer bersama negara-negara sahabat, di antaranya Latihan Bersama (Latma) Rim of Pacific (Rimpac) di Hawaii, Amerika Serikat. (Antara)

Sedef TCG Anadolu L-400, derivatif Juan Carlos class dengan panjang 232m dan bobot penuh 27.436 ton, mampu membawa maks 10 pesawat STOVL + 12 helikopter sedang, mempunyai panjang flight deck 202m (photo: Wiki)

KSAL Akui Sudah Lihat Kapal Induk Buatan Italia dan Turki

JawaPos.com - Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali menyatakan ketertarikan Pemerintah Indonesia untuk membeli kapal induk. Ali menyampaikan hal itu saat diwawancarai oleh awak media usai hadir dalam peringatan HUT ke-79 TNI AL.

Menurut dia itu sesuai dengan arahan dan sikap Angkatan Laut selama ini yang selalu berproyeksi global.

Laksamana Ali menyatakan bahwa Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto sudah mengisyaratkan bahwa TNI AL bisa saja mendatangkan kapal induk.

”Bapak Prabowo juga sudah mengisyaratkan seperti itu,” kata dia di Markas Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Selasa (10/9). Isyarat yang dimaksud oleh Ali tidak lain terkait dengan kemungkinan Indonesia membeli kapal induk.

Menurut Ali, jika memang diperlukan, bukan tidak mungkin Indonesia membeli kapal induk. ”Kami sudah melihat beberapa kapal induk kecil yang dibuat oleh Italia maupun Turki,” terang dia.

TCG Anadolu telah dilengkapi ski jump sehingga dapat berfungsi sebagai kapal induk UAV karena tertundanya program pesawat F-35 (photo: Turkish Defence Agency)

Sebagai orang nomor satu di TNI AL yang menginginkan Angkatan Laut semakin kuat, Ali berharap hal itu bisa terwujud. ”Mudah-mudahan ini bisa kita penuhi, tentunya butuh anggaran yang cukup besar. Nah ini yang kita perlu siapkan dari awal,” tambah dia. 

Mantan panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) I itu menambahkan bahwa instansinya selalu berusaha meningkatkan kemampuan.

”Jadi, kami outward looking. Dari dulu Angkatan Laut selalu outward looking, karena kami harus bisa bertempur di luar wilayah perairan Indonesia, kalau bisa sebisa mungkin pokoknya jangan sampai menyengsarakan rakyat,” terang dia.

Karena itu, dalam situasi tertentu Angkatan Laut akan berusaha menahan musuh agar tidak sampai masuk ke wilayah Indonesia.

”Maka untuk itu kita butuh kapal-kapal yang mampu ocean going, yang mampu berlayar di samudra lepas, tentunya butuh kapal-kapal besar, kapal-kapal yang ukurannya besar karena menghadapi ombak yang cukup besar juga di laut lepas. Untuk itu, kita butuh LHD (Landing Helicopter Dock) juga,” jelasnya. (JawaPos)



from DEFENSE STUDIES https://ift.tt/6JdFXsW
via IFTTT